Eka Aris Al Rosyid

Sebuang ungkapan rasa

Bunda .., Aku Jatuh cinta

Leave a Comment

Ada apa sebenarnya Bunda.

Denyutan nadi ini tak lagi teratur.

Tatapan kosong.

Sesekali nafas berat keluar begitu saja.

Semua jadi serba salah.

Di setiap sudut tembok dan tumpukan kertas seolah ada mata yang terus mengawasi Ananda

Kata orang, ini penyakit paling berbahaya.

Tidak menikam tapi melenakan.

Tidak membunuh seketika tapi cukup membuat hidup tersiksa.

Kata orang penyakit ini menyerang hati-hati yang kurang waspada.

Mengusik ketenangan, merusak segalanya.

Virus itu tak bernama, atau lebih tepat kalau dikatakan punya banyak nama, sehingga bingung harus menyebutnya apa. Seingat Ananda, kepada Kakak dulu Bunda pernah berkata, virus itu bernama cinta.

Tapi Ananda lebih terkesan dengan nama merah jambu.

Ya, virus merah jambu Bunda.

Berbahaya.

Awalnya memang selalu tak terduga.

Ananda sendiri bahkan tak sedikitpun merasa.

Di tengah kesibukan beraktivitas, dia datang menyapa.

Entah itu lewat tatapan mata tak sengaja,

lewat merdu suara ketika bertanya

atau terkadang lewat tulisan di dinding FB dan catatan-catatan yang ada.

Apa yang harus Ananda lakukan Bunda?

Di saat seperti ini Ananda ingin selalu di dekat Bunda.

Bercerita dan tertawa.

Ananda rindu Bunda.

Rindu nasehat, rindu cerita-cerita lama.

Bunda paling senang bercerita tentang Ananda ketika bayi,

atau tentang Ayah sewaktu muda, sambil mengelus rambut ikal Ananda tentunya.

Ananda ingat, saat Ayah pulang kita selalu berlomba siapa yang lebih dulu menyambutnya.

Bunda selalu kalah cepat dengan Ananda.

Mungkin karena Bunda tak lagi kuat berlari

atau memang Bunda sengaja mengalah karena ingin Anandai terus gembira.

Alangkah mulia Dikau Bunda.

Ananda Rindu.

Kini Ananda berada jauh darimu Bunda.

Banyak hal yang berubah dan Ananda belum siap mengahadapi perubahan itu.

Terlalu cepat Bunda.

Tapi apalah daya, biarlah keluhan ini Ananda sampaikan lewat tulisan ini.

Begini Bunda.

Sebagaimana Ananda ceritakan sebelumnya,

Ananda sedang jatuh cinta.

Ananda yakin Bunda tidak tertawa sebagaimana orang lain di sini menertawakan Ananda ketika mendengar hal ini.

Bunda pasti bersedih atau mungkin menangis.

Bunda pasti menyangka Ananda telah lupa akan nasehat Bunda,

Bunda melarang berpacaran sebelum menikah.

Tidak Bunda, Ananda selalu ingat.

Bahkan nasehat itulah yang telah menguatkan Ananda, hingga kini.

Terkadang ada keinginan untuk berjumpa,

bertutur kata dan mengatur rencana jalan bersama.

Tapi ketika mengingat nasehat Bunda,

hati Ananda kembali tersadar,

sedikit terpana dan berkata “Maafkan daku Bunda, Ananda tak berani.

Bukan karena enggan menikahinya, tapi….


- by Luqman @ galaksi.multiply.com -

(dg editan seperlunya)

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 komentar:

Post a Comment